




sumber : bima.ipb.ac.id/
Suatu hari aku ada penilaian olahraga.penialaiannya adalah berlari 1 putaran mengelilingi komplek sekolah SMPN 29 Semarang. Waktu itu aku berlari dikloter pertama.aku berlari bersama 3 temanku yaitu Alam, Duta dan Nuri .terus aku berlari dan aku mencatat waktu tercepat.setelah beberapa hari kemudian aku dipanggil oleh guru olahraga.ternyata aku dipanggil disuruh untuk mengikuti seleksi softball-baseball kota Semarang pada hari minggu di SMK 1 Semarang. Terus saya memilih untuk mengikutinya.saatnya tiba pada hari seleksi.waktu itu seleksinya dimulai jam 07.00.kemudian seleksinya itu ada lari mengelilingi lapangan .
Akhirnya aku lolos seleksi softball-baseball.kemudian aku disuruh latihan setiap minggu pada hari minggu jam 07.00.terus aku latihan setiap minggu bersama temanku Duta. Banyak sekali anak yang latihan dari berbagai SMP di kota Semarang ini.mulai dari SMP terkenal hingga SMP yang tidak populer. Kemudian latihan hari ini kita disuruh bermain lempar tangkap dengan bola softball.kemudian kita semua dibagi menjadi dua tim yaitu tim softball dan tim baseball.
Kemudian saya terbagi dalam baseball.di dalam tim ini saya mendapat teman baru dari SMP lain di kota Semarang . Pelatih yang melatih kita semua adalah mister Frank dari Amerika dan Pak Yoyok pemain senior dari tim baseball. setiap minggu saya latihan dengan keras karena saya ingin mewujudkan cita-cita pelatihku untuk membuat tim dari kota Semarang ini.dan setiap minggunya aku berlatih aku mendapatkan ilmu cara melempar yang benar,cara berlari yang benar,dan cara memukul yang benar,dan masih banyak yang lainnya.
Kemudian dari minggu ke minggu yang berlatih semakin sedikit sampai-sampai kita belum juga membuat satu tim buat kompetisi bagi kota Semarang. padahal aku ingin menjadi pemain bagi kota Semarang. hingga kini kita masih belum juga membuat satu tim baseball.untuk mewujudkannya. aku berfikir,"mengapa anak-anak yang mengikuti softball-baseball ini tidak memiliki bakat?".dan akhirnya aku menyadari bahwa kita tak boleh mengeluh dan kita juga harus bisa konsisten terhadap apa yang telah kita ikuti dan mempertanggungjawabkannya.bila aku berfikir jika kita bisa berkonsisten pasti kita akan mendapat hal yang kita inginkan dan kita impikan.
Dulu sewaktu masih duduk di bangku SD,saya bercita-bercita menjadi pemain sepakbola profesional dan menjadi orang yang sukses.Setelah menimbang-nimbang beberapa alternatif cita-cita, akhirnya saya memutuskan bahwa cita-cita saya adalah ingin jadi Pelatih Sepakbola. Sebuah cita-cita yang cukup tinggi untuk bisa diraih oleh bocah seperti saya yang waktu itu masih duduk di bangku kelas 5 SD, juga terhitung terlampau jauh untuk bisa dijangkau oleh tangan seorang penggembala kambing.
Dalam waktu yang hampir bersamaan, saya pun menyiapkan cadangan cita-cita, sebagai langkah antisipasi jika cita-cita saya yang pertama gagal tercapai. Berhubung hampir setiap sore saya bermain sepakbola bersama kawan-kawan sebaya saya di lapangan depan balai desa, ditambah dengan seringnya kakak saya menonton pertandingan sepakbola dan sepakbola dunia yang disiarkan oleh TVRI setiap hari minggu malam sehingga secara tidak langsung saya ingin untuk ikut menonton. Entahlah, setiap melihat aksi-aksi para pemain di lapangan,
Jiwa bocah saya tergetar. Ketika melihat tendangan geledeknya Ronaldo, melihat sliding tackle-nya Franco Baresi dan Lothar Matheus yang keras tapi bersih, melihat dribbling-nya C.Ronaldo, Ada desiran-desiran aneh yang mampir di dada saya. Sungguh-sungguh tergetar dan sungguh-sungguh berdesir, getar dan desir yang insya Allah tulus, karena waktu itu saya belum tahu bahwa gaji pemain sepakbola ternyata juga lumayan tinggi.Namun cita-cita saya ini tak berumur lama, meski bukan berarti hilang sama sekali, karena satu tahun kemudian, berdasarkan kemampuan sepakbola saya yang jika dibandingkan teman-teman saya hanya termasuk dalam golongan biasa-biasa saja, saya memutuskan untuk menggeser cita-cita saya di bidang sepakbola,
Dari menjadi pemain sepakbola ke pelatih sepakbola. Maka mulailah saya dengan mengenali satu-persatu pelatih sepakbola yang eksis waktu itu, Jose Morino menjadi pelatih favorit saya dengan alasan sederhana. bahwa sebelum menjadi pelatih, Jose Morino lebih dikenal sebagai pelatih misterius sepakbola daripada sebagai pelatih sepakbola lainnya. Langkah berikutnya dalam meniti cita-cita menjadi pelatih sepakbola adalah dengan memasukkan sebanyak mungkin nama-nama pemain sepakbola plus posisinya ke dalam otak saya, sehingga ketika berbicara tentang sepakbola dengan saya, jangan heran jika Anda mendengar nama-nama pemain dan klub yang sama sekali belum pernah Anda dengar, lengkap dengan sejarahnya masing-masing.
Ekor delapan belum diketahui akatsuki. Kyubi si ekor sembilan. Ekor sembilan ini adalah pencarian utama anggota Akatsuki. Tetapi sampai sekarang Akatsuki sulit untuk mengalahkan Naruto karena Untuk mengambil Kyubi. Akatsuki harus mengalahkan Naruto. Didalam perut naruto terdapat segel penutup Kyubi.
Tujuan Akatsuki ialah penguasaan dunia dengan kekuatan mutlak. Mula-mula mereka akan mengumpulkan ke-9 bijuu. Lalu dengan kekuatan besar, mereka akan membangun desa mereka sendiri dan mengobarkan perang ke seluruh negara. Mereka akan membangun sebuah desa yang sanggup menerima tugas apapun; termasuk pembunuhan, penyerangan, penculikan, perang, dan tugas kotor lainnya. Untuk membangun desa tersebut, mereka membutuhkan uang dalam jumlah besar. Ketua aktsuki yang resmi ialah pain (nagato) mantan murid jiraiya, sementara ketua akatsuki yang dibalik layar ialah tobi (madara).
Anggota Akatsuki bekerja secara berkelompok masing-masing dua orang yang saling melengkapi kelemahan dan kelebihan masing-masing. Mereka bekerja amat kompak dan kombinasi kekuatan mereka menghasilkan kekuatan yang sangat mematikan. Tetapi dalam tingkat perorangan, para anggota kadang-kadang saling tidak menyukai satu dan lainnya. Akatsuki juga tidak terlalu mengambil pusing dalam hal kematian salah satu anggotanya, yang mereka utamakan adalah keberhasilan dalam misi. Tidak semua anggota Akatsuki bekerja secara berkelompok dua orang, Misalnya Zetsu yang bekerja sendirian. Meskipun ada anggota yang bekerja secara individual, tidak menutup kemungkinan untuk menjalankan sebuah misi dengan tingkat keberhasilan yang cukup memuaskan.
sumber : id.wikipedia
Bocah itu bernama Kevin Mendez Khan. Sekitar 14 tahun lalu, dia menjadi pebola pertama yang berkesempatan bertukar kostum dengan Messi muda.
Pada turnamen antarklub bertajuk Copa de la Amistad, para pemain junior dipertemukan dari berbagai negara. Kebetulan, Kevin bersama timnya Cantolao (Peru), di semifinal berhadapan dengan Messi yang masih memperkuat Newell's Old Boys (Argentina).
"Lionel mirip seperti Oliver Atom (nama populer tokoh kartun Jepang, Captain Tsubasa, di Amerika Latin). Dia selalu membawa bola kemanapun dia pergi, dan selalu menendang-nendang bola sambil berjalan. benar-benar seperti di kartun," beber Kevin mengingat saat-saat perjumpaannya dengan messi yang selama turnamen Piala Persahabatan tinggal di dekat rumahnya di Best Pueblo, peru.
Menurut Kevin, sebenarnya malam sebelum laga semifinal Messi sempat dikabarkan mengalami keracunan hingga diragukan tampil. Namun, disaat-saat akhir dia akhirnya bisa tampil.
Kehadiran Messi yang sejak saat itu sudah identik dengan nomor punggung 10 membawa kemenangan besar bagi Newell's Old Boys dengan skor 10-0 atas Cantolao. Messi bersama timnya pun mampu keluar sebagai juara.
Kini, Kevin dan Messi memiliki nasib yang bertolak belakang. Messi menjadi pemain terbaik dunia dan tampil di sebuah klub besar Eropa. Sementara, Kevin hanya memperkuat sebuah klub kecil di liga minor Peru.
Tsubasa adalah seorang anak SD yang baru saja pindah dari kota lain ke Nankatsu. Dia ingin bermain sepak bola dan menjadi pemain terbaik. Ketika masuk ke sekolah barunya, dia langsung masuk ke klub sepak bola di sekolah itu. Kapten klub itu adalah Ishizaki. Mereka lalu berlatih di lapangan, tetapi diganggu oleh klub lain yang dipimpin oleh Genzo Wakabayashi. Mereka lalu bertanding, bila Nankatsu bisa membuat gol satu saja, maka mereka diizinkan memakai lapangan untuk berlatih. Awalnya, Nankatsu selalu kebobolan dan bermain setengah lapangan. Ketika salah satu pemainnya cidera, Tsubasa didaulat menjadi bek.
Dia menjalankan tugasnya dengan baik. Ketika pertandingan hampir selesai, tanpa diduga Tsubasa berhasil mendapatkan bola dan menceploskannya ke dalam gawang. Sesuai perjanjian, Wakabayashi tidak akan mengganggu mereka lagi. Maka dimulailah petualangan Tsubasa menjadi yang terbaik di dunia.
TOKOH UTAMA
sumber : wikipedia
sumber : id.wikipedia
Mereka berasal dari tempat yang sama dimana kesemuanya kecuali Synyster Gates berasal dari sekolah yang sama, yaitu Huntington Beach High School. Mereka terbentuk di awal tahun 1999 dimana personil awalnya hanya beranggotakan empat orang saja yaitu M.Shadows, Zacky Vengeance, The Rev dan Justin Sane (Bass).
Nama Avenged Sevenfold diambil dari salah satu kisah di dalam bibel. Walaupun mengambil nama dari bibel, M.Shadows mengakui bahwa bandnya tidak terlalu religius ataupun bertujuan untuk menyebarkan suatu kepercayaan religi atau poltik kepada penggemarnya.
Dalam perjalanannya, Avenged Sevenfold sempat berganti aliran dari metal-core menjadi lebih ke arah alternative metal. Rumor yang beredar mengatakan hal ini dikarenakan sang vokalis, M.Shadows harus menjalani operasi akibat pita suaranya yang sobek akibat melakukan scream yang terlalu keras pada sebuah konser. Namun dalam setiap kesempatan wawancara, Avenged Sevenfold sering menyangkal kebenaran rumor ini. Perubahan aliran yang mereka lakukan lebih dikarenakan mereka amat menyenangi melakukan eksperimental dalam bermusik dan ingin melakukan evolusi dalam gaya dan aliran bermusik mereka.
Avenged Sevenfold memiliki lambang yang merekan namakan “Deathbat”. Lambang ini dirancang oleh teman semasa SMA mereka, Micah Montague. Lambang ini selalu muncul di setiap konser mereka dan hampir selalu ada di setiap album mereka.
Album pertama mereka, Sounding the Seventh Trumpet direkam ketika mereka masih berumur 18 tahun. Album ini dirilis dengan label Good Life Recordings, tetapi setelah gitaris Synyster Gates masuk Avenged Sevenfold, album ini dirilis ulang dengan label Hopeless Records. Lagu “To End The Rapture” juga direkam ulang, kali ini ditambahkan dengan permainan gitar Synyster Gates. Dan akhirnya dirilis pada bulan juli 2001. Walaupun yang bermain bass dalam rekaman pembentukan album adalah Justin Sane, namun pemain bass yang tertera dalam CD skin adalah Daemon Ash. Hal ini dikarenakan sesaat sebelum proses mixing album tersebut, Justin Sane dikeluarkan dari band dan digantikan Johnny Christ. Sampai saat ini belum diketahui penyebab terusirnya Justin Sane dari band tersebut.
Pada tahun 2003, mereka pun merilis full-length album kedua mereka yang bertajuk Waking The Fallen. Album ini terjual sebanyak 175.000 copy di Amerika Serikat dan mencapai peringkat 12 di dalam Independent Album Chart di Amerika Serikat.
Album ketiga mereka, City of Evil, rilis di tahun 2005. Album tersebut merupakan salah satu album tersukses dari Avenged Sevenfold. Bahkan album tersebat sempat menduduki posisi 30 dalam US Billboard Chart dan terjual sebanyak 730.000 copy di Amerika Serikat saja. Saat itu Amerika Serikat tengah jenuh dengan musik hip-hop dan pop yang merajalela, lalu Avenged Sevenfold merilis album mereka City of Evil tepatnya pada tanggal 8 Juni, 2005. Hits single Bat Country merupakan lagu metal/rock pertama yang merajai MTV TRL. Mereka mempopulerkan kembali solo gitar dengan duet gitaris Synyster Gates dan Zacky Vengeance yang benar-benar memanaskan area moshpit. Album tersebut mendapat sertifikat gold dan memenangkan predikat Best New Artist in a Video di MTV VMA 2006 untuk lagu Bat Country.
Pada tahun 2007, mereka pun kembali menelurkan album baru yang bertajuk Avenged Sevenfold. Dalam debutnya di Amerika Serikat, album ini menempati posisi ke empat dalam Billboard 200. Album ini terjual sebanyak 94.000 copy di Amerika Serikut dalam kurun waktu satu minggu setelah perilisannya. Awal Agustus 2007, mereka menjalani tur Asia Pasifik mereka, dan sempat mampir di Indonesia dan memainkan lagu mereka pertama kali di depan publik. Lagu yang berjudul Almost Easy tersebut mendapat sambutan hangat dari penggemar di seluruh dunia. Ketika itu band punk Jogjakarta Endang Soekamti didaulat menjadi band pembuka.
Tahun 2008, mereka berpartisipasi sebagai headliners di tour Taste of Chaos bersama dengan Bullet for My Valentine, Atreyu, Blessthefall dan Idiot Pilot. Ketika tour, mereka merekam sebuah DVD yang mengandung 6 lagu baru mereka.
Dan di tahun 2008, mereka merilis sebuah album yang berisi rekaman live concert mereka di Long Beach, California yang bertajuk Live in the LBC & Diamonds in the Rough.
Anggota saat ini
M. Shadows – vokal
Synyster Gates – gitar melodi, piano, vokal
Zacky Vengeance – gitar ritmik, vokal
Johnny Christ – bass, vokal
The Rev – drum, perkusi, vokal, piano
Ciri khas
Ciri khas yang dapat andda nikmati dalam setiap musik mereka adalah nyanyian yang melodik dan screaming, hardcore riffs dan storming drum-beats. Dalam hal bermusik, Avenged Sevenfold banyak dipengaruhi oleh band-band seperti Pantera, NOFX, Misfits, Guns N’ Roses, Metallica, Dream Theater dan Iron Maiden.
Mereka cenderung memainkan nuansa agresif pada vokal, gitar, dan drum (bass tetap statis). Dengan sentuhan yang dinamis, mau keras atau lambat, mereka tetap menggunakan harmonisasi yang luar biasa dan komposisi yang teratur. Sebut saja lagu-lagu yang sedikit melow, seperti Seize The Day dan Dear God, gitarnya tetap di drop Dm seperti halnya metal-metal kebanyakan. Kemudian, ciri khasnya selain komposisi dan drop, Syn memasukkan nuansa sweep picking (arpeggio) di hampir semua lagunya. Keindahan sweep picking yang dipadukan dengan kromatik, slide, dan teknik-teknik lainnya bisa kita dengar di lagu The Wicked End. Kemudian selain itu, tidak lupa juga sentuhan akustik yang membawa suasana seperti di Hawaii, bisa kita dengar di lagu Sidewinder. Tapi, satu lagi ciri khas yang tidak pernah lepas dari mereka, menduetkan gitar Syn dan Zacky, memakai double bass dengan tempo yang beberapa kali lipat beat-nya dari biasanya.
Pada usia 10 tahun, bersama ibu dan kedua adik perempuannya, Gibran pindah ke Boston, Amerika Serikat. Tak heran bila kemudian Gibran kecil mengalami kejutan budaya, seperti yang banyak dialami oleh para imigran lain yang berhamburan datang ke Amerika Serikat pada akhir abad ke-19. Keceriaan Gibran di bangku sekolah umum di Boston, diisi dengan masa akulturasinya maka bahasa dan gayanya dibentuk oleh corak kehidupan Amerika. Namun, proses Amerikanisasi Gibran hanya berlangsung selama tiga tahun karena setelah itu dia kembali ke Bairut, di mana dia belajar di Madrasah Al-Hikmat (School of Wisdom) sejak tahun 1898 sampai 1901.
Selama awal masa remaja, visinya tentang tanah kelahiran dan masa depannya mulai terbentuk. Tirani kerajaan Ottoman, sifat munafik organisasi gereja, dan peran kaum wanita Asia Barat yang sekadar sebagai pengabdi, mengilhami cara pandangnya yang kemudian dituangkan ke dalam karya-karyanya yang berbahasa Arab.
Gibran meninggalkan tanah airnya lagi saat ia berusia 19 tahun, namun ingatannya tak pernah bisa lepas dari Lebanon. Lebanon sudah menjadi inspirasinya. Di Boston dia menulis tentang negerinya itu untuk mengekspresikan dirinya. Ini yang kemudian justru memberinya kebebasan untuk menggabungkan 2 pengalaman budayanya yang berbeda menjadi satu.
Gibran menulis drama pertamanya di Paris dari tahun 1901 hingga 1902. Tatkala itu usianya menginjak 20 tahun. Karya pertamanya, "Spirits Rebellious" ditulis di Boston dan diterbitkan di New York, yang berisi empat cerita kontemporer sebagai sindiran keras yang meyerang orang-orang korup yang dilihatnya. Akibatnya, Gibran menerima hukuman berupa pengucilan dari gereja Maronite. Akan tetapi, sindiran-sindiran Gibran itu tiba-tiba dianggap sebagai harapan dan suara pembebasan bagi kaum tertindas di Asia Barat.
Masa-masa pembentukan diri selama di Paris cerai-berai ketika Gibran menerima kabar dari Konsulat Jendral Turki, bahwa sebuah tragedi telah menghancurkan keluarganya. Adik perempuannya yang paling muda berumur 15 tahun, Sultana, meninggal karena TBC.
Gibran segera kembali ke Boston. Kakaknya, Peter, seorang pelayan toko yang menjadi tumpuan hidup saudara-saudara dan ibunya juga meninggal karena TBC. Ibu yang memuja dan dipujanya, Kamilah, juga telah meninggal dunia karena tumor ganas. Hanya adiknya, Marianna, yang masih tersisa, dan ia dihantui trauma penyakit dan kemiskinan keluarganya. Kematian anggota keluarga yang sangat dicintainya itu terjadi antara bulan Maret dan Juni tahun 1903. Gibran dan adiknya lantas harus menyangga sebuah keluarga yang tidak lengkap ini dan berusaha keras untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Di tahun-tahun awal kehidupan mereka berdua, Marianna membiayai penerbitan karya-karya Gibran dengan biaya yang diperoleh dari hasil menjahit di Miss Teahan's Gowns. Berkat kerja keras adiknya itu, Gibran dapat meneruskan karier keseniman dan kesasteraannya yang masih awal.
Pada tahun 1908 Gibran singgah di Paris lagi. Di sini dia hidup senang karena secara rutin menerima cukup uang dari Mary Haskell, seorang wanita kepala sekolah yang berusia 10 tahun lebih tua namun dikenal memiliki hubungan khusus dengannya sejak masih tinggal di Boston. Dari tahun 1909 sampai 1910, dia belajar di School of Beaux Arts dan Julian Academy. Kembali ke Boston, Gibran mendirikan sebuah studio di West Cedar Street di bagian kota Beacon Hill. Ia juga mengambil alih pembiayaan keluarganya.
Pada tahun 1911 Gibran pindah ke kota New York. Di New York Gibran bekerja di apartemen studionya di 51 West Tenth Street, sebuah bangunan yang sengaja didirikan untuk tempat ia melukis dan menulis.
Sebelum tahun 1912 "Broken Wings" telah diterbitkan dalam Bahasa Arab. Buku ini bercerita tentang cinta Selma Karami kepada seorang muridnya. Namun, Selma terpaksa menjadi tunangan kemenakannya sendiri sebelum akhirnya menikah dengan suami yang merupakan seorang uskup yang oportunis. Karya Gibran ini sering dianggap sebagai otobiografinya.
Pengaruh "Broken Wings" terasa sangat besar di dunia Arab karena di sini untuk pertama kalinya wanita-wanita Arab yang dinomorduakan mempunyai kesempatan untuk berbicara bahwa mereka adalah istri yang memiliki hak untuk memprotes struktur kekuasaan yang diatur dalam perkawinan. Cetakan pertama "Broken Wings" ini dipersembahkan untuk Mary Haskell.
Gibran sangat produktif dan hidupnya mengalami banyak perbedaan pada tahun-tahun berikutnya. Selain menulis dalam bahasa Arab, dia juga terus menyempurnakan penguasaan bahasa Inggrisnya dan mengembangkan kesenimanannya. Ketika terjadi perang besar di Lebanon, Gibran menjadi seorang pengamat dari kalangan nonpemerintah bagi masyarakat Syria yang tinggal di Amerika.
Ketika Gibran dewasa, pandangannya mengenai dunia Timur meredup. Pierre Loti, seorang novelis Perancis, yang sangat terpikat dengan dunia Timur pernah berkata pada Gibran, kalau hal ini sangat mengenaskan! Disadari atau tidak, Gibran memang telah belajar untuk mengagumi kehebatan Barat.
Sebelum tahun 1918, Gibran sudah siap meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa Inggris, "The Madman", "His Parables and Poems". Persahabatan yang erat antara Mary tergambar dalam "The Madman". Setelah "The Madman", buku Gibran yang berbahasa Inggris adalah "Twenty Drawing", 1919; "The Forerunne", 1920; dan "Sang Nabi" pada tahun 1923, karya-karya itu adalah suatu cara agar dirinya memahami dunia sebagai orang dewasa dan sebagai seorang siswa sekolah di Lebanon, ditulis dalam bahasa Arab, namun tidak dipublikasikan dan kemudian dikembangkan lagi untuk ditulis ulang dalam bahasa Inggris pada tahun 1918-1922.
Sebelum terbitnya "Sang Nabi", hubungan dekat antara Mary dan Gibran mulai tidak jelas. Mary dilamar Florance Minis, seorang pengusaha kaya dari Georgia. Ia menawarkan pada Mary sebuah kehidupan mewah dan mendesaknya agar melepaskan tanggung jawab pendidikannya. Walau hubungan Mary dan Gibran pada mulanya diwarnai dengan berbagai pertimbangan dan diskusi mengenai kemungkinan pernikahan mereka, namun pada dasarnya prinsip-prinsip Mary selama ini banyak yang berbeda dengan Gibran. Ketidaksabaran mereka dalam membina hubungan dekat dan penolakan mereka terhadap ikatan perkawinan dengan jelas telah merasuk ke dalam hubungan tersebut. Akhirnya Mary menerima Florance Minis.
Pada tahun 1920 Gibran mendirikan sebuah asosiasi penulis Arab yang dinamakan Arrabithah Al Alamia (Ikatan Penulis). Tujuan ikatan ini merombak kesusastraan Arab yang stagnan. Seiring dengan naiknya reputasi Gibran, ia memiliki banyak pengagum. Salah satunya adalah Barbara Young. Ia mengenal Gibran setelah membaca "Sang Nabi". Barbara Young sendiri merupakan pemilik sebuah toko buku yang sebelumnya menjadi guru bahasa Inggris. Selama 8 tahun tinggal di New York, Barbara Young ikut aktif dalam kegiatan studio Gibran.
Gibran menyelesaikan "Sand and Foam" tahun 1926, dan "Jesus the Son of Man" pada tahun 1928. Ia juga membacakan naskah drama tulisannya, "Lazarus" pada tanggal 6 Januari 1929. Setelah itu Gibran menyelesaikan "The Earth Gods" pada tahun 1931. Karyanya yang lain "The Wanderer", yang selama ini ada di tangan Mary, diterbitkan tanpa nama pada tahun 1932, setelah kematiannya. Juga tulisannya yang lain "The Garden of the Propeth".
Pada tanggal 10 April 1931 jam 11.00 malam, Gibran meninggal dunia. Tubuhnya memang telah lama digerogoti sirosis hati dan TBC, tapi selama ini ia menolak untuk dirawat di rumah sakit. Pada pagi hari terakhir itu, dia dibawa ke St. Vincent's Hospital di Greenwich Village.
Hari berikutnya Marianna mengirim telegram ke Mary di Savannah untuk mengabarkan kematian penyair ini. Meskipun harus merawat suaminya yang saat itu juga menderita sakit, Mary tetap menyempatkan diri untuk melayat Gibran.
Jenazah Gibran kemudian dikebumikan tanggal 21 Agustus di Ma Sarkis, sebuah biara Carmelite di mana Gibran pernah melakukan ibadah.
Sepeninggal Gibran, Barbara Younglah yang mengetahui seluk-beluk studio, warisan dan tanah peninggalan Gibran. Juga secarik kertas yang bertuliskan, "Di dalam hatiku masih ada sedikit keinginan untuk membantu dunia Timur, karena ia telah banyak sekali membantuku."